Cinta dan Perkawinan
1.
MEMILIH
PASANGAN
Memiliki kriteria
pasangan itu penting. Tapi jangan sampai Anda menjadi pemilih. Pasalnya, hal
itu hanya akan menyusahkan Anda mendapatkan jodoh. Memilih pasangan memang
diharuskan. Namun saat Anda menjadi pemilih, justru akan menjadi bomerang
tersendiri
Berikut
yang saya perhatikan saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan:
- Seiman: Memiliki pasangan yang mempunyai arah dan tujuan yang sama merupakan suatu hal yang sangat penting bagi saya dalam menjalankan sebuah hubungan. Karena dengan dasar sama, akan memudahkan kita dalam berhubungan.
- Cinta Keluarga: Bagi saya, jika pasangan saya mencintai saya, dia harus mencintai pula keluarga saya; mama, papa dan adik saya.
- Materi: Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya adalah pasangan kita mampu memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
- Penampilan: Siapa yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya. Tapi pria dengan penampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang
psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia
mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
Tahap pertama: Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan
pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan
madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan
bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua: Dissapointment or Distress. Di tahap ini
pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa
pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang
salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan
perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain,
mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan
minat dan kebutuhan masing-masing. Tahapan ini bisa membawa pasangan
suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan
pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan
pasangannya.
Tahap ketiga: Knowledge and Awareness. Tahap ini akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk
menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Pasangan
yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan
rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar
dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan
mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan
membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap
ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan
dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. Pasangan pada tahap ini akan kembali dipenuhi dengan keceriaan,
kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Waktu yang
dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan
perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih
pasangannya sebagai realitas yang menetap. Real love sangatlah mungkin untuk
Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real
love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua.
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini
harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan
salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan
perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, tidak sederhana. Perubahan yang
terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai
satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antar keluarga kedua belah pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat
dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara
suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang
mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap
pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan
bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan
baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
Psikolog Azin Nasseri mengatakan, "Tingginya
angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi
konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan
yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi."
Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen mengatasi
konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga memutuskan untuk mengatasi
rasa takut, marah dan penolakan, mereka bisa melewati fase ini lebih baik.
Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam hubungan, dan memiliki apresiasi
lebih tinggi juga cinta pada pasangannya.
Disebutkan pula dalam Alkitab pada Markus 10:11-12,
10:11
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin
dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12
Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia
berbuat zinah."
Segi
Positif:
Lebih
mendekatkan diri dengan Tuhan. Contohnya pada umat Nasrani, menjadi Pastor atau
Suster, dalam agama Budha menjadi seorang Biksu.
Segi
Negatif:
Kumpul
Kebo (Tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan dan melakukan hubungan
layaknya suami istri).
Sumber:
- Pengalaman Pribadi Penulis dan Lingkungan Sekitar
- Alkitab
- http://lifestyle.okezone.com/read/2013/03/28/197/783167/memilih-pasangan-penting-tapi
- http://sumsel.tribunnews.com/2013/02/22/tiga-fase-penting-dalam-pernikahan
- http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar