Rangkuman Tulisan 1 - 7
1.KESEHATAN
MENTAL
1.1. Konsep
Sehat
Menurut
WHO, sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Kita mengetahui bahwa banyak sekali
faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia , bahkan ada sebuah statistik dari
WHO yang menggambarkan bahwa di dunia hanya 15% orang yang benar-benar sakit
dan harus dirawat di rumah sakit, 15% lagi adalah orang yang benar-benar sehat,
dan 60% selebihnya adalah orang yang sehat tetapi gampang terserang penyakit,
yaitu contohnya seperti saya dan anda yang mudah terkena flu, masuk angin,
pusing dan lain sebagainya.
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6
faktor yaitu: udara, air, makanan & minuman, keseimbangan emosi, olahraga
teratur, dan istirahat cukup.
1.2. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang
mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di
dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun
yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana. Beratus-ratus tahun yang
lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan,
roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental
dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat
erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat.
Namun, lambat laun ada usaha-usaha
kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang
yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari
Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan
menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan
Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan
praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah,
dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai
kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita
dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan
dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat
banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit
jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya
inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada
ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers menyusun
satu program nasional, yang berisikan:
- Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
- Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
- Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
- Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar,
sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang
menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan
kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude
Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National
Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga
akhir hayatnya. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908,
sebuah organisasi pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society
For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari
1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”,
disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya.
1.3. Pendekatan
Kesehatan Mental
1.3.1. Orientasi
Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam
kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan,
baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai
keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada
keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
1.3.2. Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri,
pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat
individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama
norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental
seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga
pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
1.3.3. Orientasi
Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa,
bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam
psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam
setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan
tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan
sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa
keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang
tampak matang dan wajar.
2.TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
2.1. Aliran Psikoanalisa
2.1. Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisis
merupakan suatu bentuk kepribadian. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh
Sigmun Freud (1856-1938). Teori psikologi Freud didasari pada
keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat
dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku.
Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang
berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
· Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian,
dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu
ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
· Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia
berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi
kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring
dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
· Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral
masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya
Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai
apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada
kesempurnaan.
2.2. Aliran Behavioristik
Teori Behaviorisme pertama kali
diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958). Menurut penganut aliran ini
perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan
diikuti oleh suatu reaksi berupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu
penganut Watson adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin
yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap
manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini
manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri
penting:
1.
Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai
elemen dari perilaku
- Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
- Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
2.3. Aliran Humanistik
Kepribadian yang sehat menurut Behavioristik:
Kepribadian yang sehat menurut Behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti
orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan
dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena
manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan
menggunakan metode yang obyektif
3.PENYESUAIAN
DIRI DAN PERTUMBUHAN PERSONAL
3.1. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dikenal dengan
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
3.2.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk
individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik
atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya
tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang
paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu adalah faktor genetik dan faktor
eksternal / lingkungan.
4.STRES
4.1. Arti Penting Stres
4.1.1.
Pengertian Stres
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
4.1.2.
Efek-efek Stres
Akibat
yang ditimbulkan oleh stres:
*
Sakit kepala *
Obesitas
*
Kerusakan gigi dan ketegangan di rahang *
Berkurangnya gairah seksual
*
Stroke, hipertensi, diabetes. *
Ketegangan otot
*
Sakit saluran pencernaan, sakit perut, diare.
4.1.3.
General Adaptation Syndrom
Menurut
Hans Selye membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan:
1. Eustress
2. Disstres
3. Optimal
Stress atau Neustress
4.1.4.
Penyebab Stres (Faktor Individual & Sosial)
Group
stressors, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu,
interpersonal, dan intergrup.
Individual
stressors, terdiri dari konflik dan ketidakjelasan peran, serta daya tahan
psikologis.
4.2. Tipe Stres
Psikologis
a.
Tekanan: Tekanan bisa timbul dari
dalam dan luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri
yaitu lingkungan.
b.
Frustasi: Fustasi timbul karena
merasa gagal dan tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
c.
Konflik: Konflik adalah suatu proses
sosial antara dua orang atau dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
d.
Kecemasan: Ditandai dengan
kekhawatiran, kurang percaya diri, kegelisahan yang dapat mengganggu kinerja
fisiologis tubuh.
4.3. Symptom – Reducing
Respon Terhadap Stres
4.3.1.
Mekanisme Pertahanan Diri
1. Represi 5.
Regresi
2. Proyeksi 6. Sublimasi
3. Pembentukan reaksi 7. Displacement
4. Fiksasi 8.
Rasionalisasi
4.3.2.
Strategi Coping untuk Stres
Strategi
coping dapat diartikan sebuah cara atau perilaku individu untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Macam coping menurut Santrock (1996):
- strategi pendekatan (approach strategy)
- strategi menghindar (avoidance strategy)
Bentuk-bentuk
strategi coping yaitu :
- Problem focused coping-PFC yaitu strategi kognitif yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya.
- Emotion focused coping-EFC yaitu strategi penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional.
4.4. Pendekatan Problem
Solving Terhadap Stres
Cara
untuk mengatasi stres, diantaranya adalah:
·
Belajar mengatakan “tidak”.
·
Hindari orang-orang yang membuat anda
stres.
·
Kendalikan lingkungan.
·
Menganalisis jadwal.
·
Ekspresikan perasaan anda.
·
Dukungan dari orang terdekat.
5.HUBUNGAN
INTERPERSONAL
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
5.1. Model
dan Hubungan Interpersonal
5.1.1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
5.1.2. Analisis Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah
salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan
interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama
untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan
keputusan.
5.2. Memulai Hubungan
Proses
pembentukan kesan :
5.2.1.
Stereotyping
Seorang
guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan
mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik,
jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak
stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas,
persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan
dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
5.2.2.
Implicit Personality Theory
Memberikan
kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang,
nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi
konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya.
Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan
tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang
sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan
teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori
ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory.
5.2.3.
Atribusi
Atribusi
adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh
juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya
membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup
poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak
menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua
macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
5.3. Hubungan Peran
5.3.1.
Model Peran: disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan
naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
5.3.2.
Konflik: adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang
yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal
ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
5.3.3.
Adequancy Peran dan Autentisitas dalam Hubungan Peran: kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
5.4. Intimasi dan
Hubungan Pribadi
Sebagai
konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu
menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi
sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Bentuk-bentuk hubungan
intim:
- Persaudaraan: Hubungan intim ini didasarkan pada hubungan darah.
- Persahabatan: Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis.
- Percintaan: Persahabatan antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.
5.5.
Intimasi dan Pertumbuhan
Untuk
bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan
bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita
sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai,
dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan
kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana
belas kasihan dan dukungan ada di dalamnya. Namun, respon alami kita adalah
penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
6.CINTA DAN PERKAWINAN
Memiliki kriteria
pasangan itu penting. Tapi jangan sampai Anda menjadi pemilih. Pasalnya, hal
itu hanya akan menyusahkan Anda mendapatkan jodoh. Memilih pasangan memang
diharuskan. Namun saat Anda menjadi pemilih, justru akan menjadi bomerang
tersendiri.
6.2. Hubungan dalam
Pernikahan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and
relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
Tahap pertama: Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan
pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan
madu pernikahan.
Tahap kedua: Dissapointment or Distress. Di tahap ini
pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa
pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya..
Tahap ketiga: Knowledge and Awareness. Tahap ini akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk
menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan
mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan
membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda.
Tahap kelima: Real Love. Pasangan pada tahap ini akan kembali dipenuhi dengan keceriaan,
kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Waktu yang
dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan
perhatian satu sama lain.
6.3. Penyesuaian dan Pertumbuhan
dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang
pasti diwarnai oleh perubahan. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak
terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta
terbentuknya hubungan antar keluarga kedua belah pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
6.4. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Psikolog
Azin Nasseri mengatakan, "Tingginya angka perceraian lebih banyak
berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan
pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat, termasuk cara memahami
dinamika cinta yang alami terjadi."
Disebutkan
pula dalam Alkitab pada Markus 10:11-12. 10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka:
"Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia
hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 10:12 Dan jika si isteri
menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
6.5 Alternatif Selain
Pernikahan
Segi
Positif: Lebih mendekatkan
diri dengan Tuhan. Contohnya pada umat Nasrani, menjadi Pastor atau Suster,
dalam agama Budha menjadi seorang Biksu.
Segi
Negatif: Kumpul Kebo (Tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan dan
melakukan hubungan layaknya suami istri).
7.PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
7.1. Mengubah Sikap
terhadap Pekerjaan
7.1.1.Definisi
Nilai Pekerjaan
Nilai
pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada
cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu.
7.1.2.Apa
yang di cari dalam Pekerjaan?
Adalah
untuk mencari uang, mencari pengembangan diri, mencari teman/sarana
bersosialisasi, mencari kebanggaan/kehormatan diri.
7.1.3.Fungsi
Psikologis dari Pekerjaan
Fungsi
psikologinya yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekerjaan untuk
hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk
uangnya sendiri. Kenyataanya adalah bekerja itu memenuhi kebutuhan psikologis
dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan perasaan
kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang
berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang
menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas.
7.2.Proses
dalam Memilih Pekerjaan
Tahap
pertama adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada tahap ini,
seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka.
Tahap
kedua adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang
memilih karir sesuai dengan jurusan yang ia pelajari di kampus.
Tahap
ketiga adalah pada umur 30 - 38 tahun: Bila seseorang
menekuni pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada fase
ini.
Tahap
keempat adalah pada umur 38 - 45 tahun: Inilah tahapan atau
fase yang tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada
fase ini biasanya orang mulai makin sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia
tekuni. Ini adalah fase yang kritis karena pada fase ini akan muncul
pertanyaan, "Mau ke mana arah atau jalur karir yang akan ditempuh?"
Tahap
kelima adalah pada umur 45 - 55 tahun: Bila seseorang lolos
pada fase ke empat, biasanya ia akan semakin mantap pada fase ini, khususnya
mereka yang memilih karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan
talenta pribadinya.
Tahap
keenam adalah umur 55 - 62 tahun: Orang-orang yang
sukses melewati tahap ke empat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang
semakin bertambah pada fase ini. Kreatifitas muncul; ide-ide baru utuk
memperbaiki organisasi melintas dalam pikiran.
Tahap
ketujuh adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang
mulai memikirkan bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahaan
yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan
menggantikannya di kemudian hari.
7.3.Memilih
Pekerjaan yang Cocok
Hubungan
antara Karakteristik Pribadi dan Pekerjaan dalam Memilih Pekerjaan yang Cocok
·
Kepribadian Artistik
Karakter:
kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka
bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan
design/warna/kata-kata. Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat
hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional. Pekerjaan yang cocok: editor, grafik
desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film,
sutradara, interior desain.
·
Kepribadian Konvensional
Karakter:
menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan
rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati. Pekerjaan yang cocok: akuntan, petugas
asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.
·
Kepribadian Aktif
Karakter:
gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet,
enerjik, dan progresif. Pekerjaan yang
cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
·
Kepribadian Investigasi
Karakter:
analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail,
lebih suka bekerja secara individu, menggunakan logika. Pekerjaan yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen,
profesor, statistik, dokter.
·
Kepribadian Realistis
Karakter:
realistis, praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah
dan solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang
menggunakan alat bantu atau mesin. Pekerjaan
yang cocok: tukang listrik, dokter gigi, insinyur.
·
Kepribadian Sosial
Karakter:
suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim,
sabar, murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia,
suka berbicara. Pekerjaan yang cocok:
psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.
7.4.Waktu Luang
Waktu adalah
satu-satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai
kehilangan waktu. – Thomas A. Edison
Meluangkan
waktu itu ternyata penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan
untuk mengisi waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby,
atau ngeblog. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera
ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau
kegiatan yang dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau
mendapat penghargaan. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang
dilakukan di waktu luang, bisa menjadi penghasilan terbesar.
Menggunakan
waktu dengan bijak, maka tidak ada istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada
waktu yang terbuang percuma.
Kuncinya terletak bukan
pada bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu
Anda. Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu.
- Stephen R. Covey